Sesal Faizal

Oleh. Ases Id Bakrie

"Kau yang telah bahagia bersamanya, maafkanlah aku yg belum bisa melupakanmu"

Faizal menulis sebaris kalimat dibalik photo close up seorang wanita berukuran 2R dalam frame metal berwarna silver,

photo seorang gadis manis berambut ikal panjang yang selalu tersenyum seolah mentertawakan atas setiap penyesalan yang dialami Faizal ahir-ahir ini.

Candra Septiany, nama gadis yg ada diphoto itu masih selalu dipuja nya sampai kini. Dialah wanita yang telah mengisi hari-harinya tepat setahun silam.

Wanita yang cantik baginya, teramat baik untuk mengerti disetiap kondisi, termasuk sesulit apapun itu, dia selalu tampak tersenyum dengan kedewasaannya.

Disetiap masalah dia selalu hadir utk menjadi solusi atau hanya sekedar mencari tau info nya saja dan itu sudah cukup menguatkan hati Faizal.

Memandang photo itu sama saja dengan keharusan Faizal untuk mengingat dan mengenangnya kembali ketika Candra masih lekat dalam hatinya.

Dari long distance sampai dekat dalam satu kota yang sama, tak ada yang berubah

dalam kesetiaan Candra, dia selalu bercerita tentang hari-harinya dengan lugas disetiap pertemuan,

selalu bilang ketika mau pergi kemana saja dan dengan siapa saja walau terkadang Faizal tak meluluskannya, tapi Candra tetap menerimanya dengan senyum.

Waktu itu Faizal begitu meyakini bahwa Candralah yang akan dipersuntingnya nanti.

Candra tak pernah berusaha menyakiti hati Faizal dengan menceritakan setiap lelaki yg pernah dekat denganya kecuali Faizal sendiri yang meminta untuk menceritakannya.

Bahkan ketika Faizal terjebak cinta segitigapun Candra lah yang berperan besar menyelesaikannya dengan baik. "Kenapa aku begitu bodohnya mengakhirinya saat itu, andaikan aku tahu rasanya akan seperti ini,

aku tak akan pernah mengakhiri hubungan itu" Faizal sambil menarik nafas dalam-dalam yang sepertinya enggan untuk melepaskan nafasnya kembali.

"Sudah setahun ini aku menikahi kerinduan yang sangat mendalam, seperti sumur yang tak ada dasarnya,

entah sampai kapan rindu tanpa arti ini terus bermukim dalam savana hati ini" Faizal terus bicara sendiri dikamarnya ditemani alunan musik dari album Rihana,

salah satu penyanyi yang disukai Candra. Faizal meletakkan kembali photo itu ditempat semula dimeja nakastnya disamping kanan tempat tidurnya yang terlihat berantakan,

yang tak pernah sampai terjadi ketika Candra masih bersamanya.

"Kujadi ingat kembali, saat itu ketika aku pertama menginjakkan kaki dikota ini dan memutuskan untuk tinggal dan memulai hidup baru ditempat ini,

bolos dari tempat kerja dengan susah payah kau menjemputku di travel shutle yang jauh dari tempatmu tinggal,

walau dengan tiga kali salah arah ahirnya kita bertemu juga, sampai kau mengantarkan aku ke sebuah Paviliun kecil sebagai tempat tinggal baruku yg kau cari seminggu yg lalu"

Faizal terus merefresh memorinya.

"Paviliun yang situasi dan kondisinya sesuai dengan keinginan dan kebiasaanku padahal aku tak pernah mengutarakannya dgn detail,

tapi dia memang telah mengerti aku begitu rupa, dan mungkin itu pula yang membuat aku merasa nyaman dengannya"

Faizal kembali menarik napas panjang, sorot matannya lekat menggantung dilangit-langit kamar.

"Dia telah banyak berkorbann demi cintanya padaku bukan dengan kamuplase yang banyak ditampilkan banyak wanita diatas altar alasan dan perasaan.

Kau wanita kota yang berlaku sederhana seperti wanita desa, tak banyak yang kau lihat dariku, tak banyak yang kau perbandingkan

dengan yang lainnya, selain kerelaan hati menerimaku, dan kau hanya melakukan apa yang kau rasakan dengan penuh pengertian yang membuat hatiku menjadi teduh."

"Dahulu aku fikir kau adalah cikal dari adik-adik mu tapi nyatanya kau anak tunggal satu-satunya tapi kadang aku tak habis fikir prilakumu jauh dari egois, yang

biasa dipertontonkan oleh anak tunggal kebanyakan" Faizal melirik kembali frame photo itu yang penghuninya masih tetap tersenyum, yang semakin terus membangkitkan

kenangannya yang masih tersimpan berjilid-jilid didalam otaknya, dan tak ada satupun jilid tentang kejelekannya ditemukan. Aku memaksa mengakhirinya bukan karena ketidaknyamanan

ataupun karena kesalahannya tapi karena ketidakpercayaan tentang masa lalunya, padahal dia telah menceritkan semuannya sampai hal yang tak pantas aku perdengarkan." Faizal mencoba bangkit dari

pembaringannya lalu ditariknya salah satu laci meja kerjanya, dan ditemukanlah surat pertama dan terakhir yg pernah ditulis Candra dengan tangannya sendiri di alinea terakhirnya tertulis ;

"Bila masih menghitung rasa sakit,

sudah sangat banyak sayatan dihatiku,

Tapi setiap kau kembali menyentuh hatiku,

Luka itu nyaris hilang tanpa bekas,

Sejatinya kamu telah menjadi penawar dari setiap luka yg kau iriskan sendiri dihatiku,

Tapi sekarang.....

Ingat dan fikirkanlah setiap kau akan kembali padaku,

Janganlah lagi kau haraf kembali ketika kau hanya merasa sepi,

dan kau ahiri lagi ketika keraguan itu datang,

karena air mata sbg penyejuk hatiku telah habis,

...kembalilah bila kau ingin menikahiku,

TTD

Candra

"Huuuhhh...."

Faizal menghela nafas dan menghebuskannya jauh seperti ingin melempar rasa sesal yg menumpuk dihatinya,

"Candra dengarkanlah, aku ingin menikahimu sekarang...tapi semuannya sudah terlambat,

kau telah menjadi seorang nyonya dari tuan yang bernama Andika,

seorang pria yang sabar menungguimu enam tahun lamanya, dan dia juga mungkin sama seperti aku pernah ragu padamu tapi aku yakin dia lah pria yg beruntung."

Faizal melipat surat kembali seperti semula dan menaruhnya dilaci yang sama.

"Mungkin temanku benar, dia pernah bilang padaku setiap kemudahan adalah jalannya Tuhan,

dan bila kamu mempersulitnya dengan permainanmu sendiri apalagi dengan mengujinya, mungkin kamu sedang tidak percaya dengan Tuhan dan mempermainkan takdir itu yg sedang menghampirimu,

dan sekarang aku meyakininya takdir itu memang ada dua Illahiah dan Ikhtiariah, jodoh adalah ikhtiariyah yg fifty-fifty, separuh kuasa Tuhan dan separuhnya lagi

totalitas pengharafan & usaha"

Jam dinding kamar berdenting tiga kali menunjukan sudah jam tiga pagi, Faizal kembali naik ke tempat tidur, sambil melirik photo wanita itu lagi,

"Slamat pagi Candra, ikutlah tidur bersamaku saat ini saja...!!

Faizal memejamkan matanya dan berharaf candra hadir dimimpinya.

lima menit berselang "twiiit....twiiit...." ternyata ponsel Faizal berbunyi rupanya ada tweetupdate dari @lifecase:

"@lifecase, Penyesalan memang selalu tertunda diakhir, karena setiap penyesalan terjadi ketika menunda atau menghentikan hasrat hati dan waktupun tak pernah berlaku sama seperti dulu.

Penyesalan bukanlah alasan menjadikan diri terpuruk tapi suatu keharusan untuk terus belajar dari hikmah setiap kejadian untuk meningkatkan kualitas hidup.

Slamat pagi para follower....!!"

No comments:

Post a Comment